Sabtu, 08 November 2008

Empat Model Kepemimpinan Menurut Fisika

Berikut ini merupakan tulisan dari Prof. Yohanes Surya Ph.D, Rektor Universitas Multimedia Nusantara yang ditampilkan di situs andriwongso.com .

Fisika adalah ilmu tentang alam. Dalam fisika, kita belajar apa yang menyebabkan alam terlihat harmoni.

Selama ratusan tahun, para fisikawan mempelajari aturan-aturan yang membuat alam semesta ini terlihat harmoni. Aturan-aturan ini kemudian dikenal sebagai hukum-hukum fisika.

Dalam Fisika, ada empat hukum atau fenomena yang menarik yaitu fenomena gerak benda dan penyebabnya (fenomena Newton), fenomena relativistik (fenomena Einstein), fenomena ketidakpastian (fenomena kuantum) dan fenomena pengaturan diri ketika suatu sistem berada pada kondisi kritis, yang saya namakan fenomena mestakung.

Tiap-tiap fenomena ini terjadi pada situasi dan kondisi tertentu yang unik. Merupakan hal menarik melihat bagaimana hukum-hukum fisika bekerja pada tiap-tiap fenomena dan diterapkan dalam konsep kepemimpinan.

Fenomena Newton

Pada sekitar abab ke-18, Newton memperkenalkan tiga hukum gerak. Menurut hukum pertama, benda cenderung mempertahankan keadaannya (malas berubah) jika tidak ada yang mengganggunya. Sedangkan menurut hukum kedua, benda dapat berubah jika mendapat gaya. Makin besar gaya, makin besar perubahannya. Hukum ketiga menunjukan bahwa benda yang mendapat gaya aksi akan memberikan gaya reaksi yang besarnya sama dengan gaya aksi tersebut.

Ketiga hukum Newton ini bekerja optimum pada sistem inersial (sistem yang tenang, stabil, tidak dipercepat atau tidak dalam keadaan chaos).

Dalam kepemimpinan, hukum Newton ini dapat diterapkan pada kondisi organisasi yang tenang atau dibuat tenang. Pada kondisi tenang orang cenderung malas bergerak (ini sesuai dengan hukum I Newton). Pemimpin yang dibutuhkan di sini adalah pemimpin yang tegas dalam memutuskan sesuatu (termasuk dalam award dan punishment), keras (otoriter), mempunyai visi jelas dan terukur serta mempunyai daya dobrak. Visi menjadi salah satu gaya atau pendorong untuk mempercepat kemajuan organisasi ini (hukum II Newton). Dengan daya dobrak yang dimiliki, pemimpin ini akan mampu menghadapi kelembaman (kemalasan) dari orang-orang yang dipimpinnya dan mampu memberikan stimulir-stimulir agar organisasi terus bergerak. Sikap tegas dan keras dibutuhkan untuk membuat kondisi tenang, stabil dan bergairah. Hasil akan lebih optimum jika organisasi mempunyai SDM (sumber daya manusia) atau SDA (sumber daya alam) yang kuat.

Indonesia pada masa orde baru adalah contoh yang baik untuk kepemimpinan model ini. Almarhum Soeharto dengan ketegasannya membuat negara tenang secara militer. Kemudian ia memperkenalkan visi yang terukur dalam bentuk REPELITA (Rencana Pembangunan Lima Tahun). Ia terus memberikan stimulir-stimulir sehingga roda perekonomian terus bergerak dan makin lama, makin cepat. Kemajuan demi kemajuan dicapai karena ditopang juga oleh SDA Indonesia yang luar biasa.

China juga melakukan hal yang serupa. Saat ini dalam situasi yang tenang, China mempercepat pembangunan dengan memberikan stimulir-stimulir bagi para investor. Para ilmuwan dipanggil untuk pulang kampung, menjadi gaya-gaya penggerak perekonomian. Keberhasilan China ini juga karena mereka mempunyai SDM yang sangat bagus.

Pada era otonomi daerah ini, kepemimpinan model ini dibutuhkan untuk daerah-daerah yang SDA-nya luar biasa banyak tetapi masih kelihatan lambat majunya seperti daerah-daerah di Indonesia Timur.

Fenomena Einstein

Pada awal abad ke-20, Einstein memperkenalkan teori relativitasnya. Menurut teori ini, tidak ada gerak absolut. Semua gerak bersifat relatif.

Misal ketika kita naik kereta api, kita merasa seolah-olah kita diam, tetapi pohon-pohon bergerak. Atau yang paling jelas saat ini kita berada dibumi. Kita merasa bahwa kita diam, mataharilah yang bergerak dari Timur ke Barat. Padahal kenyataannya bumi lah yang bergerak mengelilingi Matahari. Matahari menganggap dirinya diam, padahal menurut pusat galaksi, matahari bergerak memutari pusat galaksi. Pada gerak relativistik ini, mereka yang bergerak paling cepatlah, yang paling menonjol.

Kondisi yang cocok untuk fenomena ini adalah kondisi pada masyarakat demokrasi (misalnya negara-negara barat) dimana setiap orang merasa dirinya paling benar (relatif), paling berjasa, dan paling berhak memimpin. Perhatikan pada proses pemilihan presiden Amerika Serikat yang sedang berlangsung. Dari Partai Demokrat Obama dan Hillary merasa mereka yang paling cocok untuk jadi pemimpin, demikian juga dari Partai Republik, Mc Cain dan Romney saling mengunggulkan dirinya bahwa merekalah yang paling cocok jadi pemimpin. Mereka merasa visi merekalah yang paling benar untuk kemajuan Amerika Serikat.

Pemimpin yang dibutuhkan pada kondisi ini adalah pemimpin yang mempunyai keunggulan-keunggulan dalam visi, mempunyai integritas tinggi dalam menjalankan visi itu dan mau kerja keras serta bergerak cepat dalam merealisasikan program-program yang mendukung visi yang unggul itu.

Kecepatan bergerak (dinamika) dan integritas sangat diperlukan karena mereka terus-menerus dipantau oleh oposisi.

Kepemimpinan Clinton dapat dijadikan contoh yang baik untuk kepemimpinan model ini. Dengan visinya yang lebih unggul dari Bush senior, Clinton mampu menjadi presiden. Begitu jadi presiden, ia begitu dinamisnya sehingga roda perekonomian Amerika menjadi sangat maju di jaman Clinton ini. Namun ia tidak sadar bahwa ia terus diamati oposisi sampai hal yang sekecil-kecilnya. Karena ia tidak hati-hati ia terpeleset oleh wanita dan dihabisi oleh oposisi. Sayang sekali, padahal kalau tidak, ia bisa jadi salah satu presiden terbesar Amerika Serikat.

Di Indonesia, daerah-daerah terutama kota-kota besar (seperti Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Medan, Makasar dsb) yang mempunyai banyak keragaman membutuhkan kepemimpinan model ini.

Fenomena Kuantum

Fisika kuantum berkembang secara luar biasa pada abad ke-20. Perkembangan teknologi yang begitu luar biasa saat ini terjadi karena perkembangan fisika kuantum. Televisi, kulkas, handphone, radio, lampu neon, internet, dan semua alat elektronik yang kita kenal sekarang, berkembang karena perkembangan fisika kuantum ini.

Dalam fisika kuantum, kita mengenal prinsip ketidakpastian. Segala sesuatu tidak pasti sampai kita mengalami sendiri (melakukan eksperimen dan melihat hasilnya). Tidak ada yang pasti di alam ini. Segala sesuatu mempunyai peluang. Bahkan untuk suatu hal yang mustahil pun ada peluang.

Einstein seorang ilmuwan yang menentang teori fisika kuantum pernah menanyakan pada Niels Bohr (dan tokoh-tokoh fisika kuantum lain), jika segala sesuatu di alam ini tidak pasti, apakah Tuhan ini sedang bermain dadu dengan alam semesta? (menurut Einstein God does not play dice). Tetapi bukti-bukti eksperimen menunjukkan teori fisika kuantum benar. Segala sesuatu tidak pasti dan segala sesuatu mempunyai peluang.

Fenomena kuantum ini cocok untuk mereka yang berada pada suasana dengan ketidakpastian tinggi. Seperti perusahaan yang bermain dengan resiko, daerah-daerah konflik ataupun negara yang sedang dalam keadaan kalut akibat perubahan suatu sistem.

Pemimpin yang bisa bertahan dalam situasi yang penuh ketidakpastian ini adalah pemimpin yang kreatif (punya ide-ide dan terobosan-terobosan baru), berani mengimplentasikan pemikiran kreatifnya walau dengan resiko yang tinggi, berani spekulasi (bertindak) tapi didukung dengan perhitungan yang baik, dan tegas.

Rusia ketika masa transisi mengalami ketidakpastian yang sangat tinggi. Rubel sangat lemah, perekonomian amburadul, percaya diri sebagai bangsa turun drastis. Tidak ada kepastian. Tiap orang berusaha mencari keuntungannya sendiri. Putin dengan kepemimpinan yang kuat, tegas, cermat, berspekulasi dan berani ambil resiko mampu mengembalikan Rusia menjadi negara yang dihormati lagi dengan perekonomian yang lebih stabil.

Fenomena Mestakung

Fenomena ini terjadi ketika suatu sistem berada pada keadaan kritis. Pada keadaan kritis ini berlaku hukum Mestakung. Ada 3 hukum Mestakung:

* Hukum 1: pada kondisi kritis, ada jalan keluar
* Hukum 2: ketika seorang melangkah untuk keluar dari kondisi kritis, ia akan melihat jalan keluar.
* Hukum 3: Ketika seorang melangkah tekun, terjadilah mestakung.

Ketiga hukum mestakung ini saya singkat dengan kata KRILANGKUN (KRItis, meLANGkah, teKUN).

Untuk membuat hukum mestakung bekerja, kita harus menciptakan kondisi kritis. Setelah itu kita harus melangkah. Nah, ketika kita melangkah dengan tekun inilah, akan terjadilah mestakung (semesta mendukung). Mestakung akan menciptakan pelipatgandaan hasil, yang tidak mungkin menjadi mungkin, yang mustahil menjadi kenyataan, terjadi hal-hal yang luar biasa.

Fenomena mestakung cocok untuk organisasi yang berada dalam kondisi kritis, perusahaan yang ingin berkembang cepat ataupun daerah yang berambisi menjadi yang terhebat.

Selama saya seminar Mestakung, banyak perusahaan maupun pribadi sudah mengalami mestakung ini. Ada yang bercerita ingin sekali kuliah di Amerika Serikat, kemudian ia melangkah dan melangkah, ketok pintu sana, ketok pintu sini. Akhirnya jalan terbuka, kini ia berada di Amerika full scholar ship. Ada juga yang cerita perusahaannya meningkat keuntungannya 200 % di tahun 2007 yang lalu karena mereka menempatkan diri pada kondisi kritis lalu melangkah dan melangkah dengan tekun.

Pemimpin yang dibutuhkan dalam situasi ini adalah pemimpin yang gigih (kejar habis). Pemimpin ini harus punya ambisi besar, mau kerja keras dan tekun. Pemimpin ini harus punya ekstra energi dan didukung oleh tim yang juga mempunyai ambisi yang sama. Tim harus sepakat untuk tidak akan berhenti sebelum target tercapai.

Kepemimpinan pada abad ke-21

Abad ke-21 ini adalah abad globalisasi. Organisasi menjadi lebih kompleks. Orang yang dipimpinpun lebih beragam. Kepemimpinan abad ke-21 yang diharapkan merupakan kombinasi dari empat kepemimpinan di atas. Pemimpin diharapkan mampu mendeteksi situasi yang dihadapinya dan mampu merubah gaya kepemimpinannya sesuai dengan situasi tersebut. Kadang ketika organisasi lesu, pemimpin harus menggunakan kepemimpinan Newton yang keras dan tegas untuk membuat semua orang bangkit dan bergerak. Kepemimpinan yang tegas ini perlu ditambah dengan kepemimpinan mestakung agar setiap orang yang dipimpinnya merasa kritis sehingga mereka lebih termotivasi untuk maju dan mencapai target setinggi-tingginya. Juga jangan lupakan kepemimpinan Einstein yang lebih demokratis untuk memperhatikan setiap input yang masuk dan terus menjaga integritas diri agar jangan dilibas oleh orang-orang yang iri hati dan dengki. Dan ingat bahwa pada abad ke-21 tidak ada yang pasti, semua penuh ketidakpastian, diperlukan tindakan yang nyata dan tegas untuk semua rencana dan visi yang dimilikinya.

0 komentar:

Caution : Wajib diklik

Followers

Caution : Wajib diklik